Kep. Komunitas

Manajemen Medik Luka Bakar Fase Akut

Posted on 6 December, 2008. Filed under: Kep. Komunitas, Kep. Medikal Bedah | Tags: , |

oleh: Pemi Ludi, Mahasiswa reguler FIK UI 2005

Pencegahan infeksi

Infection control adalah komponen utama dalam manajemen luka bakar. Infection control dibutuhkan untuk manajemen luka bakar untuk mengontrol transmisi mikroorganisme yang dapat menyebabkan infeksi atau kolonisasi. Infection control itu meliputi penggunaan sarung tangan, penutup kepala, masker, penutup sepatu, dan apron plastik. Staf dan pengunjung tidak diperbolehkan untuk kontak dengan klien jika memiliki infeksi kulit, saluran gastrointestinal atau pernapasan.

Memberikan support metabolik

Mempertahankan nutrisi yang adekuat selama fase akut dalamluka bakar adalah penting dalam membantu penyembuhan luka dan pengontrolan infeksi. BMR bisa meningkat 40-100% lebih tinggi dibandingkan normal, tergantung luasnya luka. Pemberian nutrisi yang agresiv dibutuhkan untuk menangani peningkatan kebutuhan energi untuk membantu penyembuhan dan mencegah efek katabolisme yang tidak diinginkan.

Meminimalisir nyeri

Nyeri adalah masalah yang signifikan selama klien dirawat di rumah sakit. Selama fase akut, dilakukan percobaan untuk menemukan kombinasi medikasi dan intervensi yang tepat untuk meminimalisir ketidaknyamanan dan nyeri yang berhubungan dengan luka.

(more…)

Read Full Post | Make a Comment ( 2 so far )

AIDS, Jauhi Virus dan Perilakunya Bukan Pengidapnya

Posted on 28 April, 2008. Filed under: Kep. Komunitas, Opini |

AIDS merupakan singkatan dari Acquired Immuno Deficiency Syndrome, yaitu kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh oleh HIV (Human Immunodeficiency Virus). HIV merupakan virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia & kemudian menimbulkan AIDS, virus ini menyerang sel Limfosit-T yang berfungsi sebagai salah satu sistem kekebalan tubuh manusia dengan menggunakan RNA sebagai molekul pembawa informasi genetik. Ada 3 cara penularan HIV yaitu:

1. Hubungan seksual dengan orang yang terinfeksi HIV.

2. Kontak darah (transfuse, organ transplant, tattoo, dan napza suntik).

3. Ibu dengan HIV positif kepada janin/bayinya sendiri.

Adapun beberapa cairan tubuh yang diduga dapat menularkan HIV adalah


1. jumlah yang cukup untuk menginfeksi:

a. darah

b. air mani

c. cairan vagina

2. jumlah yang tidak cukup untuk menginfeksi:

a. air mata

b. keringat

c. air liur

d. urine


Pengidap AIDS biasa disebut dengan ODHA (baca:oda) yaitu singkatan dari Orang Dengan virus HIV AIDS. Odha merupakan manusia biasa yang juga masih memiliki hak untuk bisa diterima masyarakat di sekitarnya, namun kenyataan yang ada di masyarakat tidak demikian. Banyak masyarakat awam yang benar-benar menjauhi bahkan menampakkan rasa takut dan jijik kepada odha yang sebenarnya juga masih memiliki perasaan dan kebutuhan sosial yang sama dengan manusia normal lainnya. Oleh karena itu sebagai manusia yang tidak tertular oleh HIV kita harus bijaksana dan memikirkan perasaan odha yang sedang berinteraksi dengan kita, karena pada dasarnya ada perilaku-perilaku sosial yang tidak menularkan virus HIV yaitu:

· bersalaman dengan odha

· berpelukan dengan odha

· bersentuhan dengan odha

· berciuman dengan odha

· penggunaan toilet

· kolam renang/berenang bersama

· penggunaan alat makan dan minum bersama

· gigitan serangga atau nyamuk

Tingginya jumlah kasus AIDS di Indonesia salah satunya juga disebabkan oleh makin meningkatnya kasus narkoba yang merupakan peringkat tertinggi dalam penularan AIDS yaitu dengan penggunaan jarum suntik bergantian.

Jumlah kasus HIV di tingkat nasional memang masih tergolong rendah namun pada beberapa sub-populasi sudah tinggi, ditandai dengan 69% pada pengguna jarum suntik di Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO) Jakarta terjangkit HIV, 22 % wanita penjaja sex di Sorong juga telah terjangkit HIV, begitu pun dengan 12% Tahanan di Rutan Pondok Bambu Jakarta.

Banyak hambatan yang dihadapi oleh Indonesia dalam memberantas HIV, yaitu pengetahuan masyarakat yang masih rendah mengenai PMS (Penyakit Menular Seksual)/ HIV-AIDS, komitmen pemerintah baik di tingkat daerah maupun nasional yang masih rendah pula, selain itu juga masih banyaknya oknum penegak hukum yang masih relatif mudah untuk disuap dalam penanganan kasus narkoba yang merupakan pintu terbesar dalam penularan HIV/AIDS.

Perawat yang baik perlu mengetahui segala sesuatu mengenai HIV/AIDS demi memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat luas dan juga dapat melindungi tidak hanya klien lainnya dari penularan HIV tapi juga diri sendiri sebagai tenaga pemberi pelayanan kesehatan yang sering kontak langsung dengan odha.

Read Full Post | Make a Comment ( None so far )

Asuhan Keperawatan Demam Tifoid (Tifus)

Posted on 14 April, 2008. Filed under: Kep. Anak, Kep. Komunitas, Kep. Medikal Bedah |

Sebagai salah satu penyakit yang menganggu dan lumrah terjadi di Indonesia, tifus berbeda dengan berbagai penyakit menular seperti demam berdarah atau penyakit lainnya yang sifatnya musiman, karena tifus dapat terjadi sepanjang tahun dan tidak mengenal musim. Penyakit ini dalam dunia kesehatan Indonesia sebagai demam tifoid yang merupakan penyakit infeksi akut usus halus dan bersifat menular. Seseorang dapat tertular tifus apabila terjadi kontak langsung dengan penderita, lewat kotoran, urine, atau muntahannya yang mengandung bakteri salmonella typhi sebagai organisme yang menjadi sumber infeksinya. Namun paling banyak

Patogenesis terjadinya demam tifoid seperti berikut

Manifestasi Klinis dari demam tifoid adalah:

Minggu I

Gejala mirip gejala akut infeksi seperti demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, dan muntah, konstipasi/diare, perasaan tidak enak di perut, batuk, epistaxis (mimisan). (more…)

Read Full Post | Make a Comment ( 2 so far )

PARTOGRAF

Posted on 9 April, 2008. Filed under: Kep. Komunitas, Kep. Maternitas |

PARTOGRAF

Partograf adalah alat pencatatan persalinan, untuk menilai keadaan ibu, janin dan seluruh proses persalinan. Partograf digunakan untuk mendeteksi jika ada penyimpangan / masalah dari persalinan, sehingga menjadi partus abnormal dan memerlukan tindakan bantuan lain untuk menyelesaikan persalinan.
Partograf merupakan lembaran form dengan berbagai grafik dan kode yang menggambarkan berbagai parameter untuk menilai kemajuan persalinan.

Gambaran partograf dinyatakan dengan garis tiap parameter (vertikal) terhadap garis perjalanan waktu (horisontal).

Bahaya / komplikasi persalinan sulit / abnormal
1. kematian ibu atau kematian bayi atau keduanya
2. ruptura uteri
3. infeksi / sepsis puerperal
4. perdarahan postpartum
5. fistel

PARTOGRAF WHO

(baca juga buku Prof.Dr.Sudraji Sumapraja)
Sesuai standarisasi WHO (World Health Organization), untuk digunakan di pelosok-pelosok negara berkembang atau miskin, supaya mudah digunakan oleh pelayan kesehatan di sarana terbatas.
Jika dinilai ada masalah yang memerlukan intervensi, dapat segera diusahakan untuk dirujuk ke pusat kesehatan yang lebih baik.
Dengan partograf WHO dapat dinilai kapan diperlukan tindakan untuk menyelesaikan proses persalinan dengan :
1) perlu/tidaknya dirujuk,
2) perlu/tidaknya induksi infus oksitosin, dan
3) perlu/tidaknya operasi sectio cesarea.
Penelitian partograf WHO dilakukan multisentral di Indonesia (4 rumahsakit), Thailand (2 rumahsakit) dan Malaysia (2 rumahsakit) selama 15 bulan (Januari 1990 – Maret 1991), menghasilkan modul / form partograf yang sekarang banyak dipakai di mana-mana.

GARIS WASPADA / TINDAKAN

  1. daerah sebelah kiri garis waspada merupakan garis observasi
  2. daerah di antara garis waspada dan garis tindakan merupakan daerah perlu pertimbangan untuk merujuk atau mengambil tindakan,
  3. daerah di sebelah kanan garis tindakan adalah daerah harus segera bertindak.

KAPAN PARTOGRAF DIISI ?
Partograf mulai diisi bila…

Mereka yang masuk dalam persalinan :
1. fase laten (pembukaan < 3 cm), his teratur, frekuensi min.2x/10’, lamanya<20″.
2. fase aktif (pembukaan >3cm), his teratur, frekuensi min.1x/10’, lamanya<20″. (more…)

Read Full Post | Make a Comment ( 10 so far )

KEPERAWATAN KELUARGA, sebuah pengantar

Posted on 7 April, 2008. Filed under: Kep. Komunitas |

Merupakan bidang kekhususan spesialisasi yang terdiri dari keterampilan berbagai bidang keparawatan. Praktik keperawatan keluarga didefinisikan sebagai pemberian perawatan yang menggunakan proses keperawatan kepada keluarga dan anggota-anggotanya dalam situasi sehat dan sakit. Penekanan praktik keperawatan keluarga adalah berorientasi kepada kesehatan, bersifat holistik, sistemik dan interaksional, menggunakan kekuatan keluarga.

Ada empat tingkatan keperawatan keluarga, yaitu:

1. Level 1, keluarga menjadi latar belakang individu/anggota keluarga dan fokus pelayanan keperawatan di tingkat ini adalah individu yang akan dikaji dan diintervensi.

2. Level 2, keluarga merupakan penjumlahan dari anggota-anggotanya, masalah kesehatan/keperawatan yang sama dari masing-masing anggota akan diintervensi bersamaan, masing-masing anggota dilihat sebagai unit yang terpisah.

3. Level 3, fokus pengkajian dan intervensi keperawatan adalah sub-sistem dalam keluarga, anggota-anggota keluarga dipandang sebagai unit yang berinteraksi, fokus intervensi: hubungan ibu dengan anak; hubungan perkawinan; dll.

4. Level 4, seluruh keluarga dipandang sebagai klien dan menjadi fokus utama dari pengkajian dan perawatan, keluarga menjadi fokus dan individu sebagai latar belakang, keluarga dipandang sebagai interaksional system, fokus intervensi: dinamika internal keluarga; struktur dan fungsi keluarga; hubungan sub-sistem keluarga dengan lingkungan luar.

Proses Keperawatan Keluarga

PENGKAJIAN

Proses pengumpulan informasi yang dilakukan terus menerus dan untuk dapat mengartikan data/informasi yang diperoleh dan digunakan kemampuan profesional. (more…)

Read Full Post | Make a Comment ( 11 so far )

Aplikasi Teori Orem (Self Care) dalam Keperawatan

Posted on 2 April, 2008. Filed under: Kep. Komunitas |

Menurut Orem asuhan keperawatan dilakukan dengan keyakinan bahwa setiap orang mempelajari kemampuan untuk merawat diri sendiri sehingga membantu individu memenuhi kebutuhan hidup, memelihara kesehatan dan kesejahteraan. Teori ini dikenal dengan teori self care (perawatan diri).

Orang dewasa dapat merawat diri mereka sendiri, sedangkan bayi, lansia dan orang sakit membutuhkan bantuan untuk memenuhi aktivitas self care mereka. Orem mengklasifikasikan dalam 3 kebutuhan, yaitu:

1. Universal self care requisites (kebutuhan perawatan diri universal): kebutuhan yang umumnya dibutuhkan oleh manusia selama siklus kehidupannya seperti kebutuhan fisiologis dan psikososial termasuk kebutuhan udara, air, makanan, eliminasi, aktivitas, istirahat, sosial, dan pencegahan bahaya. Hal tersebut dibutuhkan manusia untuk perkembangan dan pertumbuhan, penyesuaian terhadap lingkungan, dan lainnya yang berguna bagi kelangsungan hidupnya.

2. Development self care requisites (kebutuhan perawatan diri pengembangan): kebutuhan yang berhubungan dengan pertumbuhan manusia dan proses perkembangannya, kondisi, peristiwa yang terjadi selama variasi tahap dalam siklus kehidupan (misal, bayi prematur dan kehamilan) dan kejadian yang dapat berpengaruh buruk terhadap perkembangan. Hal ini berguna untuk meningkatkan proses perkembangan sepanjang siklus hidup.

3. Health deviation self care requisites (kebutuhan perawatan diri penyimpangan kesehatan): kebutuhan yang berhubungan dengan genetik atau keturunan,kerusakan struktur manusia, kerusakan atau penyimpanngan cara, struktur norma, penyimpangan fungsi atau peran dengan pengaruhnya, diagnosa medis dan penatalaksanaan terukur beserta pengaruhnya, dan integritas yang dapat mengganggu kemampuan seseorang untuk melakukan self care.

 

Tiga jenis kebutuhan tersebut didasarkan oleh beberapa asumsi, yaitu:

  1. Human being (Kehidupan manusia): oleh alam, memiliki kebutuhan umum akan pemenuhan beberapa zat (udara, air, dan makanan) dan untuk mengelola kondisi kehidupan yang menyokong proses hidup, pembentukan dan pemeliharaan integritas structural, serta pemeliharaan dan peningkatan integritas fungsional.
  2. Perkembangan manusia: dari kehidupan di dalam rahim hingga pematangan ke dewasaan memerlukan pembentukan dan pemeliharaan kondisi yang meningkatkan proses pertumbuhan dan perkembangan di setiap periode dalam daur hidup.
  3. Kerusakan genetik maupun perkembangan dan penyimpangan dari struktur normal dan integritas fungsional serta kesehatan menimbulkan beberapa persyaratan/permintaan untuk pencegahan, tindakan pengaturan untuk mengontrol perluasan dan mengurangi dampaknya.

Asuhan keperawatan mandiri dilakukan dengan memperhatikan tingkat ketergantuangan atau kebutuhan klien dan kemampuan klien. Oleh karena itu ada 3 tingkatan dalam asuhan keperawatan mandiri, yaitu:

  1. Perawat memberi keperawatan total ketika pertama kali asuhan keperawatan dilakukan karena tingkat ketergantungan klien yang tinggi (sistem pengganti keseluruhan).
  2. Perawat dan pasien saling berkolaborasi dalam tindakan keperawatan (sistem pengganti sebagian).
  3. Pasien merawat diri sendiri dengan bimbingan perawat (sistem dukungan/pendidikan).

 

APLIKASI TEORI OREM

Klien dewasa dengan Diabetes Melitus menurut teori self-care Orem dipandang sebagai individu yang memiliki kemampuan untuk merawat dirinya sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidup, memelihara kesehatan dan mencapai kesejahteraan.

(more…)

Read Full Post | Make a Comment ( 17 so far )

Liked it here?
Why not try sites on the blogroll...